Essay
1. Pengertian
Essay
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian essay
merupakan karangan prosa yang membahas suatu persoalan dari sudut penulis
secara sepintas. Sedangkan menurut ilmu jurnalistik, essay adalah
tulisan yang memuat pendapat seseorang tentang suatu persoalan yang ditinjau
secara subjektif.
Dr. Aninditya Sri
Nugraheni, M.Pd. dalam buku Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis
Pembelajaran Aktif menjelaskan bahwa kata “esai'' berasal dari bahasa Prancis
essay yang berarti mencoba atau berusaha. Esai adalah suatu upaya
mengomunikasikan informasi, opini atau perasaan dan biasanya menyajikan argumen
tentang suatu topik.
Essay
adalah salah satu jenis karya tulis yang berisi kombinasi antara fakta dan
opini. Essay lebih bersifat subjektif dari sudut pandang penulisnya yang
bersifat anlitis, spekulatif, dan interpretatif. Essay mencakup narasi
yang bisa berupa kritik, argument, sastra dari pegamatan kehidupan sehari-hari
dan refleksi penulis.
Dalam
Ensiklopedia Britanika, esai adalah karangan yang sedang panjangnya, biasanya
dalam bentuk prosa, yang memasalahkan suatu persoalan secara mudah dan sepintas
lalu tepatnya mempersoalkan persoalan yang meransang hati penulis. Dalam kamus
istilah Sastra, Zaidan, A.R. dkk (1994, hlm.71) esai adalah karangan pendek
bersifat subjektif tentang tema atau topic tertentu biasanya dalam bentuk prosa
yang bersifat interpretative.
Purba
(2008, hlm. 3) esai memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:
1)
Esai adalah upaya-upaya atau percobaan-percobaan.
2)
Karangan yang sedang panjangnya biasanya berbentuk prosa dengan memasalahkan
dengan cara mudah dan sepintas.
3)
Karangan yang ditulis berdasarkan sudut pandang pribadi sebab jatuh cinta dan
terikat terhadap masalah yang akan dituliskan.
4)
Karangan yang masih terpenggal-penggal gagasan atau pikirannya.
5)
Karangan yang disusun secara sistematis berupa hasil pengamatan dan
penyelidikan yang di dalamnya dapat ditemukan gagasan, sikap, sudut pandang,
dan gaya penulis.
6)
Karangan yang bersifat interpretative
7) Karangan yang dudasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dijiwai oleh penulisnya dengan gaya ringan dan bermain-main yang berisikan soal manusia dan kehidupan manusia secara subjektif.
Dapat disimpulkan bahwa essay adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subjek tertentu. Dalam esai dapat dikemukakan berbagai tanggapan, pikiran, renungan, komentar atas berbagai kejadian, kutipan-kutipan atau ucapan orang yang semuanya besifat subjektif.
2. Tujuan
Penulisan Essay
a. Menyakinkan
pembaca
Argumen yang dituliskan dalam essay
bertujuan untuk menyakinkan pembaca agar percaya terhadap pendapat penulis
mengenai sebuah fenomena tertentu.
b. Menerima
pendapat penulis
Penulisan essay juga bertujuan
untuk membuat pembaca agar bisa menerima pemikiran penulis yang tertuang dalam essay.
Sehingga sekali lagi, data dan fakta menjadi hal yang wajib untuk dicantumkan
dalam sebuah essay.
c. Memberikan
informasi mengenai topik yang dibicarakan
Essay
dapat menjadi sumber informasi terhadap suatu opini atau penelitian yang telah
dilakukan. Dengan penelitian atau tinjauan terhadap kondisi atau temuan yang
diungkapkan di dalam tulisan essay, pembaca bisa mendapatkan informasi
baru sesuai dengan topik yang dibicarakan.
3. Ciri-ciri
Bersumber
dari modul Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut ciri-ciri esai adalah
1. Berbentuk
prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa
dan ungkapan figur.
2. Singkat,
maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki
gaya pembeda.
4. Seorang
penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan
tulisannya dengan gaya penulis lain.
5. Selalu
tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari
objek dan subjek yang hendak ditulis.
6. Memenuhi
keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus
memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari
pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran.
7. Mempunyai
nada pribadi atau bersifat individu, yang membedakan esai dengan jenis karya
sastra adalah ciri personal.
8. Ciri
personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang
pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan kepada pembaca
(Purba,
2008, hlm 3) membuat ciri-ciri esai sebagai berikut:
1. Sebuah
esai ditulis dalam bentuk prosa
2. Sebuah
esai harus singkat
3. Sebuah
esai mempunyai gaya berbeda
4. Sebuah
esai selalu tidak utuh, tidak habis ditulis
5. Sebuah
esai mempunyai keutuhan penulis
6. Sebuah
esai mempunyai nada pribadi
Selain
itu, ciri-ciri essay adalah
1. Memiliki
bentuk yang relatif pendek dan bisa dibaca dalam waktu singkat. Tetapi tetap
padat dan jelas dalam membuat suatu fenomena;
2. Berisi
pendapat, sudut pandang, argumen, sikap, dan pikiran dari penulis sendiri yang
menilai suatu kondisi atau fenomena;
3. Bersifat
cenderung subyektif;
4. Kebutuhan
penulisan adalah menyesuaikan kebutuhan penulisan, maksudnya adalah suatu esai
tersebut akan memenuhi persyaratan penulisan, yaitu dimulai dari pendahuluan
dan diakhiri dengan simpulan dan penutup secara logis dan runtut.
4. Jenis-jenis
Essay
Ø Jenis
Esai Berdasarkan Bentuknya Berdasarkan buku Bahasa Indonesia 3, terdapat dua
jenis esai berdasarkan bentuknya, yaitu:
1. Esai
formal (formal essay) adalah esai yang disusun sesuai dengan aturan
penulisan wacana konvensional yang lengkap, runtut, dan sistematis (pembukaan,
isi, penutup).
2. Esai
informal (informal essay) adalah esai yang disusun secara tidak
konvensional. Penulis tidak mengutamakan kelengkapan dan keruntutan materi
sajian, tetapi lebih mengutamakan ekspresi (pengungkapan) kesan terhadap
peristiwa atau permasalahan.
Ø Jenis
Esai Berdasarkan Tujuannya Dalam buku Essay is Easy dijelaskan bahwa
terdapat empat jenis esai berdasarkan tujuannya, yaitu:
1. Esai
Naratif (Narrative Essay) Esai naratif adalah esai yang bertujuan untuk
menceritakan suatu peristiwa yang terjadi. Peristiwa tersebut dapat berupa
pengalaman pribadi penulis atau orang lain. Dalam penulisan esai naratif
dibutuhkan kemampuan penulis untuk melibatkan pembaca dengan menyampaikan
cerita yang jelas.
2. Esai
Deskriptif (Descriptive Essay) Esai deskriptif adalah esai yang
bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu berupa benda, orang, tempat, atau
ingatan. Esai ini menekankan pada makna yang lebih dalam melalui suatu
deskripsi. Esai deskriptif bertujuan untuk menunjukkan sesuatu melalui
penggambaran yang detail oleh penulis.
3. Esai
Ekspositori (Expository Essay) Esai ekspositori adalah esai yang
menyajikan analisis seimbang dari suatu topik. Dalam penulisannya, esai
ekspositori berisi suatu topik dengan fakta, data, dan contoh. Isi esai ini
dapat membahas perbandingan dan kontras, sebab dan akibat, serta suatu prosedur
atau proses. Penggunaan fakta dan data dalam esai ekspositori bukan berdasarkan
perasaan pribadi dari penulis, sehingga penulis tidak mengungkapkan emosi
mereka atau menulis tidak menggunakan sudut pandang orang pertama.
4. Esai
Persuasif (Persuasive Essay) Esai persuasif adalah esai yang bertujuan
untuk meyakinkan para pembaca terhadap gagasan yang disampaikan oleh penulis
yang didukung dengan penyajian fakta dan data. Penulisan esai ini membutuhkan
fakta, logika, contoh, pendapat ahli, dan penalaran yang masuk akal. Penulis
harus mampu mempresentasikan semua sisi argumen (setuju, netral, tidak setuju)
serta menyampaikan dengan jelas dan tanpa keraguan mengapa posisi tertentu itu
benar.
5. Kaidah
Kebahasaan Essay
Kaidah
kebahasaan essay yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan
kata yang baku sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
b. Menggunakan
kalimat yang efektif.
Kalimat efektif adalah
kalimat yang sesuai dengan kaidah penulisan, susunannya jelas dan tidak
bermakna ganda. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri diantaranya:
1) memiliki SPOK (Subjek, Predikat Objek,
dan Keterangan),
2) tidak terdapat pengulangan kata,
3) tidak bertele-tele, dan
4) tidak memiliki makna yang ganda atau
tidak jelas.
c. Makna
lugas atau denotatif
Makna lugas ataua
denotatif adalah makna yang sesuai dengan konsep asalnya, atau disebut juga
makna asal atau makna sebenarnya seperti yang ada dalam KBBI.
6. Struktur
Penulisan Essay
Struktur
kepenulisan essay terdiri dari bagian pendahuluan, isi atau pembahasaan,
dan penutup atau kesimpulan.
1) Pendahuluan
Bagian pendahuluan
berisikan topik atau tema yang akan dibahas dalam essay. Unsur yang
terdapat dalam essay antara lain latar belakang dan pendapat pribadi si penulis
mengenai topik dan tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan lebih rinci
pada bagian struktur setelahnya. Pendahuluan juga dapat mencangkup pemaparan
mengenai fenomena permasalahan atas isu yang diangkat, boleh disertakan data
statistik sebagai penunjang, dan alasan pentingnya isu yang diangkat untuk
dibahas.
2) Pembahasan
atau Isi
Pada bagian pembahasan
berisikan penjelasan lebih rinci mengenai topik atau tema yang diangkat. Bagian
isi ini penulis dapat menjelaskna opini yang dpaat dituangkan secara kronologis
atau berurutan sesuai dengan topik atau tema yang diangkat.
3) Kesimpulan
atau Saran
Bagian terakhir dalam essay
ini berisikan kesimpulan, saran, dan penutup. Pada bagian ini berisikan
rangkuman dan ringkasan yang sebelumnya sudah dijelaskan dalam bagian
pendahuluan dan pembahasan.
7. Perbedaan
Essay dengan Karya Tulis Lainnya
-
Essay adalah karya tulis yang
berisikan sebuah argumen permasalahan terhadap sesuatu yang disertai dengan
fakta didalamnya, tetapi disamping memberikan argument, essay juga
mencakup solusi terhadap permasalahan yang diberikan.
-
Essay cukup ringkas dan tidak
perlu terperinci seperti karya tulis ilmiah (untuk kepenulisan format isinya).
-
Essay biasanya terdiri dari
beberapa format kepenulisan yang lebih singkat dan padat, dan tentunya dengan
jumlah halaman yang hanya berkisar antara 3 sampai 7 halaman.
-
Pada KTI haruslah melakukan percobaan terlebih
dahulu sehingga harus menghasilkan produk agar bisa di presentasikan, karena di
dalam KTI akan ada bagian abstrak yang harus diisi dengan percobaan yang kita
lakukakan sedangkan esai itu hanya memuat berbagai permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi nyata atau konkret yang kemudian nantinya bisa
diterapkan dan digunakan.
8. Cara
Penulisan Essay
1) Tentukan
topik
-
Tentukan tujuan
Tentukan tujuan essay yang akan
ditulis, dan sesuaikan dengan topik yang sedang ramai dibicarakan.
-
Tuliskan minat
Jika telah menetapkan tujuan essay,
maka tentukan minat yang sesuai.
-
Evaluasi potensial
Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan
masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, harus mengerti benar
tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut
harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide
yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.
2) Buatlah
outline atau garis besar ide-ide
Tujuan dari pembuatan
outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah
format yang terorganisir.
a. Mulailah dengang
menulis topik anda di bagian atas
b. Tuliskan angka romawi
I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar
diantaranya
c. Tuliskan garis besar
ide anda tentang topik yang anda maksud:
o
Jika mencoba meyakinkan,
berikan argumentasi terbaik
o
Jika menjelaskan satu
proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca
o
Jika mencoba
menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut
d.
Pada masing-masing romawi,
tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi
yang mendukung ide utama.
3) Tuliskan
argumen dengan kalimat yang singkat dan jelas
Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan
disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda,
sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan
memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri
dari dua bagian:
·
Bagian pertama menyatakan
topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia
·
Bagian kedua menyatakan poin-poin
dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu
yang panjang untuk memberantasnya, dst.
4) Menyusun
bagian-bagian essay
Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:
1. Mulailah dengan menulis ide besar dalam bentuk
kalimat. Misalkan idenya adalah: "Pemberantasan korupsi di
Indonesia", dapat dituliskan: "Pemberantasan korupsi di Indonesia
memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama".
2. Kemudian tuliskan masing-masing poin
pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.
3. Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan
dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau
diskusi.
4. Bila perlu, dapat menggunakan kalimat
kesimpulan pada masing-masing paragraf.
Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya
tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.
Menulis Paragraf Pertama
1.
Mulailah dengan
menarik perhatian pembaca.
Ø Memulai dengan suatu informasi nyata dan
terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda,
namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat.
Ø Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu
cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam membuat
anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda
harus menggunakannya dengan tepat dan hati-hati.
Ø Menggunakan dialog dalam dua atau tiga
kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda.
2. Tambahkan
satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.
3. Tutup
paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.
Menuliskan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin
yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca.
Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis
seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan
anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup
esai anda.
Memberikan Sentuhan Akhir
A.
Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat
pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut
harus masuk akal. Jika naskah menjelaskan suatu proses, harus bertahan pada
urutan yang dibuat.
B.
Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin,
spasi, nama, tanggal, dan sebagainya.
C.
Teliti tulisan. Merevisi hasil tulisan apabila terdapat kesalahan dalm
penulisan, dan dapat memperkuat poin yang lemah. Baca dan baca kembali naskah.
D.
Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar?
Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya, atau
tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.
E.
Teliti kembali penulisan dan tata bahasa.
9. Contoh
Essay
National
Essay Competition Himatika FMIPA
UNNES 2022 “Implementasi Matematika yang Edukatif Berorientasi STEM Education
Menuju Indonesia Emas 2045”
WEBSITE BERBASIS MACHINE LEARNING UNTUK
MENDUKUNG CHALLENGE BASED LEARNING
TERINTEGRASI STEM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN 4C
Al Ana Maisaroh 1, Fityan Asani 2, Nur Rizal 1
1Pendidikan Matematika, Universitas
Negeri Semarang 2Matematika, Universitas Negeri Semarang
A. Pendahuluan
Pada tahun 2045, usia Indonesia akan genap 100 tahun dimana pada
usia tersebut dicita-citakan terwujud Indonesia Emas. Mewujudkan cita-cita
Indonesia Emas diperlukan sumber daya manusia unggul dan menguasai pengetahuan
serta teknologi. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang diperlukan, perlu
adanya adaptasi dan transformasi di pendidikan Indonesia. Pendidikan matematika
merupakan salah satu aspek terpenting dalam membentuk kecakapan abad 21 untuk
mendukung terwujudnya Indonesia Emas. Kecakapan abad ke-21 akan tumbuh dan
berkembang pada calon generasi emas tahun 2045 melalui pendidikan kecakapan
abad ke-21 (Irawan, 2017). Menurut Ulfah (2022), Kecakapan abad ke-21 terdiri
dari 4 kecakapan atau biasa disebut kemampuan 4C, yang meliputi kemampuan
berpikir kritis (critical
thinking), kreatif (creative), kolaboratif (collaborative), komunikatif (communicative), serta kemampuan
berpikir tingkat tinggi (HOTS) (Ulfah, 2022). Jadi, dalam mewujudkan Indonesia
Emas 2045 perlu kemampuan 4C yang diterapkan dalam pendidikan di
Indonesia.
Namun, kemampuan 4C siswa Indonesia masih rendah yang ditunjukkan
dengan peringkat PISA Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Menurut Asviangga et al. (2018), tujuan studi dari PISA yaitu mengetahui
kemampuan siswa dalam penalaran, mengidentifikasi, dan memahami, serta
menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-sehari, dan apabila kemampuan 4C siswa mengalami kenaikan, akan
berpengaruh terhadap peringkat PISA di Indonesia. Data peringkat PISA Indonesia
dari tahun ke tahun dapat dilihat pada lampiran1.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diimplementasikan dalam
rangka meningkatkan kemampuan 4C siswa adalah dengan Challenge Based Learning (CBL) terintegrasi Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Model CBL merupakan pembelajaran baru yang menggabungkan
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran
konstekstual yang difokuskan pada penyelesaian dari permasalahan yang ada di
kehidupan sehari-hari, pembelajaran ini menciptakan ruang dimana peserta didik
berpikir kritis dan aktif mencari solusi untuk memecahkan tantangan yang ada
(Nawawi, 2016). Menurut Triana et al. (2020), salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan 4C adalah dengan menggunakan pembelajaran STEM yang
dipadukan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Karena menurut Nawani (2016), PBL atau pembelajaran berbasis masalah adalah
bagian dari Challenge
Based Learning (CBL), maka dapat disimpulkan bahwa
dalam upaya meningkatkan kemampuan 4C dapat dilakukan dengan pembelajaran STEM
yang diintegrasikan dengan model pembelajaran Challenge Based Learning (CBL).
Hal ini sejalan dengan penelitian Ardiansyah et al. (2022), berdasarkan kajian
literatur menunjukkan pengaruh positif model Challenge Based Learning
terhadap pengembangan keterampilan 4C siswa. Inovasi model pembelajaran
challenge based learning menunjukkan efektivitas dan peningkatan keterampilan
4C siswa dalam beberapa hasil studi. Model pembelajaran Challenge Based Learning dianggap sebagai paket komplit sebagai upaya mengembangkan
keterampilan 4C siswa. Namun, model Challenge Based Learning dan
pengintegrasian STEM dalam pembelajaran matematika terdapat tantangan dan
kendala.
Menurut Sodikin (2015), dalam pembelajaran CBL perlu menyiapkan
rancangan tantangan pembelajaran yang akan digunakan, berupa pertanyaan
tantangan materi yang akan diajarkan beserta alat evaluasi. Sodikin (2015) juga
menambahkan bahwa dalam pelaksanaan CBL perlu mempertimbangkan ketersediaan
alat dan bahan praktikum yang ada di laboratorium sekolah sejak awal agar waktu
dan pelaksanaan praktikum dapat berjalan secara lancar. Dalam pelaksanaan
pembelajaran CBL terdapat tantangan, begitu pula dalam pengintegrasian STEM
dalam pembelajaran. Integrasi STEM akan lebih efektif jika menggunakan
pendekatan yang sesuai. Hal ini sejalan dengan Stohlmann et al. (2012) dalam
penelitian Anggraini dan Huzaifah (2017), menjelaskan bahwa integrasi subjek
STEM akan lebih efektif jika menggunakan pendekatan yang strategis dalam
implementasinya sehingga dapat membuat peserta didik belajar lebih relevan,
merangsang munculnya pengalaman bermakna, mendorong peserta didik untuk
berpikir tingkat tinggi dan memecahkan masalah serta meningkatkan retensi.
Pelaksanaan CBL terintegrasi STEM diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan 4C. Namun, dalam melaksanakan CBL terintegrasi STEM harus
mempertimbangkan ketersediaan alat dan bahan di lingkungan sekolah serta
rancangan tantangan yang digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu
diperlukan media pembelajaran yang dapat menghubungkan alat dan bahan yang
tersedia untuk digunakan sebagai sumber belajar. Pembelajaran CBL terintegrasi
STEM memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Oleh karena itu,
media pendukung harus mampu memfasilitasi siswa dalam melakukan eksplorasi lingkungan
sekitar.
Machine learning merupakan suatu teknologi yang dapat digunakan untuk membawa
lingkungan nyata ke dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan klasifikasi gambar
dalam machine
learning memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
dan membawa lingkungan sekitar ke dalam proses pembelajaran sebagai bagian dari
sumber belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Zhao et al. (2021) yang berjudul
“A
Lightweight Mobile Outdoor Augmented Reality Method Using Deep Learning and
Knowledge Modeling for Scene Perception to
Improve Learning Experience”. Penelitian tersebut menggabungkan deep learning dan augmented reality untuk digunakan pembelajaran luar ruangan yang bertujuan untuk
memberikan dukungan kepada siswa dalam mempelajari ciri-ciri morfologi
tumbuhan, menjelaskan hubungan antara tumbuhan dan lingkungan serta antara
tumbuhan dan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa demonstrasi
penggabungan metode deep learning dan augmented reality memiliki tingkat deteksi akurasi yang tinggi, dapat digunakan
dengan baik, dan meningkatkan pengalaman belajar di luar ruangan secara
signifikan.
Berdasarkan uraian potensi CBL terintegrasi STEM untuk meningkatkan
kemampuan 4C beserta kendala dan tantangan pengimplementasian dalam
pembelajaran, penulis mengembangkan sebuah gagasan yaitu pengembangan media
pembelajaran berupa website berbasis machine learning untuk mendukung pelaksanaan CBL terintegrasi STEM sehingga
pembelajaran berjalan efektif dan memfasilitasi pendidikan abad 21 untuk
mewujudkan Indonesia Emas. Rumusan masalah dalam esai ini yaitu: (1) Bagaimana
pengembangan website berbasis machine learning? dan (2)
Bagaimana website
berbasis machine learning dapat
mendukung pelaksanaan CBL terintegrasi STEM?.
B. Pembahasan
Website
berbasis machine
learning merupakan sebuah website
yang menerapkan machine
learning sehingga mampu mengenali suatu objek
melalui citra foto dari objek tersebut. Untuk mengembangkan website berbasis machine learning dibutuhkan model machine learning. Model machine learning dibuat menggunakan google colaboratory atau jupyter notebook. Untuk membuat model machine learning, dibutuhkan
dataset yang berisi kumpulan foto dari beberapa kelas objek. Dataset yang ada
kemudian dilakukan proses training model sehingga
terbentuk model machine
learning yang mampu mengenali foto di luar dataset
untuk diklasifikasikan ke dalam kelas objek tertentu. Setelah model machine learning terbentuk, langkah selanjutnya dalam pengembangan website berbasis machine learning yang digunakan untuk mendukung pelaksaan CBL terintegrasi STEM
adalah membuat front
end dari website. Front end website dapat dibuat menggunakan kerangka bootstrap. Setelah front end website selesai, langkah selanjutnya adalah membuat back end dari website. Back end
website dapat dibuat menggunakan kerangka flask python. Langkah terakhir dari pengembangan website berbasis machine learning adalah melakukan hosting website sehingga website
yang dikembangkan dapat diakses melalui internet.
Website
berbasis machine
learning dapat menghubungkan lingkungan sekitar
dengan pembelajaran melalui citra foto dari objek di lingkungan sekitar yang
diunggah ke dalam website. Alur kerja website
berbasis machine
learning ditunjukkan lampiran 2. Alur kerja website berbasis machine learning dalam mengenali suatu objek adalah melalui citra foto yang diunggah
oleh pengguna. Foto yang diunggah tersebut akan diklasifikasikan dengan
menggunakan model machine learning yang sudah
dibuat. Model machine
learning akan memberikan output
berupa nama kelas objek mana yang paling sesuai dengan kelas objek pada
dataset. Tantangan atau tugas matematika akan diterima oleh pengguna
berdasarkan hasil output dari machine learning. Sebagai contoh, pengguna mengunggah foto dari tugu muda, maka
pengguna akan mendapatkan tantangan atau tugas matematika yang berkaitan dengan
tugu muda.
Dengan memanfaatkan machine learning, maka website
berbasis machine
learning dapat digunakan untuk mendukung
pelaksanaan CBL terintegrasi STEM. CBL terintegrasi STEM memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar, sehingga website berbasis machine learning berperan sebagai pendukung pelaksanaan aktivitas belajar. Website
berbasis machine
learning menjadi jembatan antara konteks nyata dan
konteks matematika.
Challenge Based Learning memiliki kerangka yang efisien dan efektif dalam belajar dan
memecahkan tantangan dunia nyata dan langsung meminta siswa berkolaborasi untuk
mengidentifikasi ide besar, mengajukan pertanyaan yang bagus, menemukan dan
mengatasi tantangan, memperoleh pengetahuan yang mendalam, mengembangkan
kecakapan abad 21 sehingga dapat membantu siswa menemukan cara untuk
merepresentasikan dan memecahkan masalah (Yoosombon dan Wannapirron, 2015).
Kerangka Challenge
Based Learning dapat dilihat pada lampiran 3.
Keunikan dari CBL adalah masalah yang digunakan sebagai tantangan
berkaitan kehidupan sehari-hari. CBL memungkinkan siswa menyelesaikan tantangan
yang terjadi di lingkungan sekitar mereka, memperkuat hubungan antara apa yang
mereka pelajari di sekolah dan apa yang mereka alami di luar sekolah. Siswa
bekerja sama dengan siswa lain sehingga semakin meningkatkan minat siswa untuk
menemukan solusi dari tantangan dan memberikan siswa pengalaman berharga dalam
dinamika kelompok dan bekerja secara kolaboratif. Guru bertindak sebagai
pendidik yang berpusat pada siswa, menjawab pertanyaan individu siswa dan
membantu siswa untuk mempertahankan minat siswa apabila kesulitan dalam
menyelesaikan tantangan.
CBL mengambil ide dari masalah dunia nyata yang kemudian harus
diselesaikan oleh siswa menjadi solusi dalam skala yang lebih kecil. Ketika
terintegrasi sebagai bagian pembelajaran, CBL mengarahkan siswa pada penemuan
materi pelajaran yang relevan di banyak bidang dan melatih siswa untuk
menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengetahuan mereka sendiri. STEM
merupakan akronim dari science, technology engineering, and mathematics. Science merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi fisika, kimia dan biologi.
Technologi memberikan kemudahan dalam mengakses data dan membantu segala
kebutuhan manusia. Engineering merupakan penerapan
dari teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia dan mathematics merupakan konsep perhitungan yang digunakan untuk
mengkonseptualisasi permasalahan kehidupan sehari hari. Pendekatan STEM dalam
pembelajaran juga menghubungkan antara dunia sekolah dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Rustaman, (2016) yang menyatakan bahwa
dalam pembelajaran dengan pendekatan STEM mengajarkan siswa menggunakan sains,
teknologi, rekayasa, dan matematika dengan menghubungkan antara dunia sekolah,
dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan STEM dalam
pembelajaran matematika memegang peranan yang sangat penting untuk membentuk
kecakapan abad 21.
Robert dan Cantu (2012) menjelaskan pendekatan STEM yang digunakan
di dalam pembelajaran. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi pendekatan silo
STEM, pendekatan STEM tertanam (Embeded) dan pendekatan STEM
terpadu. Pada pendekatan silo, siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi pengetahuan dengan caranya sendiri melainkan diajarkan mengenai
apa yang harus diketahui oleh siswa. Pendekatan silo bertujuan untuk membimbing
siswa agar menguasai pengetahuan di satu bidang tertentu. Pada pendekatan STEM
silo tidak ada integrasi antar mata pelajaran sehingga memungkinkan siswa gagal
dalam memahami integrasi antara subjek STEM dalam menyelesaikan masalah di
dunia nyata (Breiner, Harkness, Johnson, & Koehler, 2012). Pada pendekatan
STEM tertanam (Embedded) pengetahuan mengenai domain mata pelajaran diperoleh melalui
penekanan pada permasalahan dunia nyata dengan teknik penyelesaian masalah
(Chen, 2001). Perbedaan pendekatan tertanam dengan silo adalah pada pendekatan
tertanam menghubungkan materi utama dengan materi lain yang tidak
utama/tertanam. Bidang yang tidak diutamakan dirancang untuk tidak
dievaluasi/dinilai. Pendekatan STEM terpadu berbeda dari pendekatan STEM
lainnya. Pada pendekatan terpadu, mata pelajaran tidak diajarkan secara
terpisah melainkan saling terintegrasi satu sama lain. Integrasi STEM menuntut
siswa untuk menghubungkan berbagai subjek STEM yang berbeda. Pengintegrasian
mata pelajaran tersebut dimulai dengan identifikasi masalah nyata yang terjadi
di lingkungan siswa dengan menggunakan pemikiran tingkat tinggi dan kemampuan pemecahan
masalah sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai upaya penyelesaikan masalah
tersebut (Wang dkk., 2011).
Dalam gagasan CBL terintegrasi STEM yang ditawarkan penulis,
pendekatan STEM diintegrasikan dalam bentuk pendekatan STEM tertanam sehingga
materi matematika dihubungkan dengan materi bidang lain namun materi bidang
lain dirancang untuk dievaluasi dan lebih mengutamakan materi matematika.
Tantangan yang diperoleh siswa dalam CBL dihubungkan dengan bidang lain dalam
STEM. Langkah pembelajaran CBL terintegrasi STEM menggunakan website berbasis machine learning adalah sebagai berikut.
Tabel
1. Langkah pembelajaran CBL terintegrasi STEM
menggunakan website
berbasis machine learning
Fase CBL |
Deskripsi
|
|
Fase 1
Engage |
Big Idea |
Guru menyajikan ide besar terkait topik matematika kepada siswa
melalui website. |
Essential Question |
Guru membantu siswa untuk memahami ide besar lalu membangun essential question terkait ide besar. |
|
Challenge |
Siswa memperoleh tantangan untuk diselesaikan melalui website berbasis machine learning. |
|
Fase 2
Investigate |
Guiding Questions |
Melalui website berbasis machine learning, siswa mendapatkan bantuan dalam bentuk pertanyaan, petunjuk
aktivitas, dan materi terkait untuk menyelesaikan tantangan. |
Guiding Activities |
||
Guiding Resources |
||
Fase 3
Act |
Solution-Action |
Siswa memberikan solusi dari tantangan yang diperoleh dari website, kemudian mempresentasikan solusi yang diperoleh kepada siswa lain. |
Assesment |
||
Publishing |
Website berbasis machine learning yang dikembangkan memiliki peranan penting
dalam pelaksanaan pembelajaran CBL terintegrasi STEM. Siswa
menggunakan website berbasis machine learning untuk
mendapatkan tantangan yang akan diselesaikan. Melalui website berbasis machine learning, big
idea dan challenge akan disajikan kepada siswa.
Bantuan petunjuk sebagai bentuk guiding questions dan guiding resources juga diberikan kepada siswa. Contoh tantangan yang dapat diperoleh
oleh siswa ditunjukkan oleh gambar yang terdapat pada lampiran 4.
Petunjuk pertama untuk menyelesaikan tantangan di atas berupa
petunjuk aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa. Petunjuk aktivitas yang
diberikan yaitu :
1. Ukurlah bagian-bagian dari wahana bermain, bisa mulai ayunan,
jungkat-jungkit, dan sebagainya dengan menggunakan rol meter.
2. Catatlah ukuran bagian taman kalian dalam satuan meter.
3. Tentukan skala yang akan kalian gunakan untuk membuat denah.
4. Tentukan ukuran-ukuran bagian taman yang akan kalian gambar di
kertas.
5. Gambarlah denah taman kalian dengan teliti dan benar sesuai ukuran
skala. Setelah kalian selesai membuat gambar, tuliskan laporan yang meliputi:
a. Luas tanah taman bermain yang kalian didirikan.
b. Luas setiap wahana bermain kalian.
c. Rasio luas setiap wahana pada denah terhadap luas tanah yang
digunakan untuk membangun wahana tersebut.
Petunjuk kedua dan ketiga yang diberikan kepada siswa berupa guiding question. Pada petunjuk 2, pertanyaan yang membantu siswa untuk
menyelesaikan tantangan di atas adalah
“Bagaimana cara menentukan skala dan rasio?”. Pada petunjuk 3,
pertanyaan yang diberikan untuk membantu siswa adalah “Bagaimana cara
menentukan luas tanah yang digunakan untuk membangun setiap wahana bermain?”.
Dalam tantangan di atas, komponen STEM diintegrasikan dalam bentuk
pendekatan tertanam. Peta integrasi komponen STEM pada tantangan tersebut
adalah sebagai berikut. Tabel 2. Peta integrasi komponen
STEM pada tantangan
Kelas |
|
Komponen STEM |
|
|
Science |
Technology |
Engineering |
Mathematics |
|
VII |
|
Menggunakan komputer dalam presentasi |
Merancang
desain taman bermain. |
Menjelaskan rasio dua besaran dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan rasio dua besaran. |
Tidak semua bidang dalam STEM diintegrasikan dalam tantangan yang
diberikan. Pada tantangan di atas, bidang science tidak terintegrasi ke
dalam tantangan. Hal ini dikarenakan bentuk pendekatan STEM yang digunakan
adalah pendekatan tertanam sehingga bidang matematika lebih diutamakan daripada
bidang lain. Bidang technology dan engineering tidak dievaluasi meskipun kedua bidang tersebut diintegrasikan
dalam tantangan.
C. Penutup
Berdasarkan pembahasan, pengembangan website berbasis machine learning terdiri dari pembuatan model machine learning dengan google colaboratory atau jupyter
notebook, pengumpulan dataset, training
model, membuat front
end website yang dibuat dengan kerangka bootstrap, membuat back end website, dan melakukan hosting website.
Website berbasis machine learning digunakan untuk mendukung pelaksanaan CBL terintegrasi STEM.
Langkah pembelajaran CBL terintegrasi STEM dimulai dari fase 1 (engage)
yang terdiri dari 3 komponen. Komponen pada fase 1 diantaranya big idea, esential quation, dan
challenge. Pada fase 1 big idea, guru menyajikan ide
besar terkait topik matematika kepada siswa melalui website, kemudian dilanjutkan essential quation dimana guru membantu siswa untuk memahami ide besar lalu membangun essential question terkait ide besar. Fase 1 yang terakhir yaitu pemberian challenge kepada siswa berupa tantangan untuk diselesaikan melalui website
berbasis machine learning. Setelah fase
1, dilanjutkan fase 2 (investigate), pada fase ini
siswa mendapatkan bantuan dalam bentuk pertanyaan, petunjuk aktivitas, dan materi
untuk menyelesaikan tantangan. Fase yang terakhir adalah fase act,
berisi solution-action,
assesment, dan publishing. Dalam pelaksanaan
fase 3 (act), siswa memberikan solusi dari tantangan yang diperoleh dari website,
kemudian mempresentasikan solusi yang diperoleh kepada siswa lain.
CBL terintegrasi STEM
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, sehingga website berbasis machine learning berperan sebagai pendukung pelaksanaan aktivitas belajar, jembatan
antara konteks nyata dan konteks matematika, media siswa untuk menyelesaikan
tantangan, serta sebagai wadah guru dalam menyalurkan big idea
yang disajikan kepada siswa. Berdasarkan pembahasan dan didukung oleh
penelitian Ardiansyah (2022); Triana et al. (2020); Nawawi (2016), dapat
disimpulkan bahwa gagasan/ide website berbasis machine learning untuk mendukung CBL terintegrasi STEM dapat menjadi solusi dalam
meningkatkan kemampuan 4C. Gagasan yang disampaikan melalui esai ini perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui hubungan dan pengaruh, serta
menguji kelayakan dan keefektifan website terintegrasi machine learning dalam
mendukung pelaksanaan CBL terintegrasi STEM guna meningkatkan kemampuan
4C.
Daftar
Pustaka
Ardiansyah, A. S., Agung, G. H., Cahya, N. D., dan
Dinasari, A. 2022. Upaya Mengembangkan
Keterampilan 4C melalui Challenge Based Learning. PRISMA: Prosiding Seminar Nasional Matematika. Februari 2022, Semarang, Indonesia. pp. 627637.
Asviangga, A. B., Sunardi, S., dan Trapsilasiwi, D.
2018. Analisis kemampuan 4C’s Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Berpikir Tingkat Tinggi. KadikmA. 9(1): 17-23.
Breiner, J., Harkness, S., Johnson, C., dan Koehler,
C. 2012. What is STEM? A discussion about conceptions of STEM in education and
partnerships. School
Science and Mathematics. 112(1): 3-1.
Chen, M. 2001. A potential limitation of
embedded-teaching for formal learning. InJ. Moore & K. Stenning (Eds.). Proceedings of the Twenty-Third
Annual Conference of the Cognitive Science Society.
Edinburgh, Scotland: Lawrence Erlbaum Associates,Inc.
Iriawan, S. B. 2017. Mewujudkan Indonesia Emas Tahun
2045 Melalui Pendidikan Kecakapan Abad Ke-21. Universitas Pendidikan Indonesia.
Robert, A. dan Cantu, D. 2012. Applying STEM
Instructional Strategis to Design and Technology Curriculum. Departement of STEM Education
and Proffesional Studies Old
Dominion University. Norfolk, VA, USA.
Roihan, A., Sunarya, P. A., dan Rafika, A. S. 2020.
Pemanfaatan Machine Learning dalam Berbagai Bidang. IJCIT (Indonesian J. Comput. Inf. Technol. 5(1): 75-82.
Rustaman, N.Y. 2016. Pembelajaran Sains Masa Depan
Berbasis STEM. Makalah
kunci dalam Seminar Nasional Biologi di STIKIP PGRI.
Sumata Barat, 30 April 2016.
Triana, D., Anggraito, Y. U., dan Ridlo, S. 2020.
Effectiveness of environmental change learning tools based on STEM-PjBL towards
4C skills of students. Journal of Innovative Science Education. 9(2): 181-187.
Ulfah, A. 2022. Model Literasi Digital dalam Upaya
Mengurangi Kesenjangan Digital untuk Santri Menuju Indonesia Emas 2045. Humanis:
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora. 14(1): 1-7.
Wang, H., Moore, T., Roehrig, G., dan Park, M. 2011.
STEM integration: Teacher perceptionsand practice. Journal of Pre-College Engineering Education Research. 1(2): 1-13.
Yoosomboon, S., dan Wannapiroon, P. 2015.
Development of a Challenge Based Learning Model via Cloud Technology and Social
Media for Enhancing Information Management Skills. Procedia - Soc. Behav. Sci. 174:
2102–2107.
Zhao, G., Liu, S., Zhu, W. J., dan Qi, Y. H. 2021. A
Lightweight Mobile Outdoor Augmented Reality Method Using Deep Learning and
Knowledge Modeling for Scene Perception to
Improve Learning Experience. International Journal of
Human–Computer Interaction. 37(9): 884-901.
Lampiran
Lampiran 1. Capaian Indeks PISA
Indonesia Tahun 2000-2018
Tahun |
Materi yang Diujikan |
Skor Rata-Rata Indenesia |
Skor Rata-Rata Internasional |
Peringkat Indonesia |
Jumlah Negara Partisipan |
2000 |
Membaca Matematika Sains |
371 367 393 |
500 500 500 |
39 39 38 |
41 |
2003 |
Membaca Matematika Sains |
382 360 395 |
500 500 500 |
39 38 38 |
40 |
2006 |
Membaca Matematika Sains |
393 396 393 |
500 500 500 |
48 50 50 |
56 |
2009 |
Membaca Matematika Sains |
402 371 383 |
500 500 500 |
57 61 60 |
65 |
2012 |
Membaca Matematika Sains |
396 375 382 |
500 500 500 |
62 64 64 |
65 |
2015 |
Membaca Matematika Sains |
397 386 403 |
500 500 500 |
61 63 62 |
69 |
2018 |
Membaca Matematika Sains |
371 379 396 |
500 500 500 |
74 73 71 |
79 |
Sumber: diolah dari hasil PISA (OECD,
2018).
Lampiran 2. Alur Website Berbasis Machine Learning
Lampiran 3. Kerangka Challenge Based Learning
Lampiran 4. Layout Tantangan
|
|
0 Response to "Essay"
Post a Comment