Berpikir sebagai Eksistensi Diri
Keeksistensian atau keberadaan manusia sangat penting dan untuk memperoleh keeksistensian itu manusia dituntut untuk berpikir, seperti ketika Rene Descartes mengikrarkan, "Cogito ergo sum, I think, therefore I am, aku berpikir maka aku ada."
Berpikir yang dimaksud disini bukanlah sekedar merenungkan sesuatu hal, tetapi menelaah pengalaman yang telah terjadi disaring dengan akal manusia atau rasionalisme agar menjadi suatu pengetahuan.
Proses berpikir akan menghasilkan suatu ide yang bisa mengilhami lahirnya sebuah karya tulis, karena dengan menulis, sebuah ide tidak akan pernah hilang. Hasil pemikiran tidak akan pernah hilang selama tulisan ide tersebut masih terus dibaca. Ide atau pemikiran seseorang akan bergantung pada pengalaman dan kesan yang dimiliki orang seseorang tersebut. Apabila seseorang diberikan sebuah kertas putih kosong dan diperintahkan untuk menuangkan pemikirannya di atas kertas tersebut, maka seseorang tersebut akan menggoreskan pena diatas kertas tersebut berdasarkan pengalamannya. Seorang pelukis yang penuh akan pengalaman melukis, akan melukiskan sesuatu di atas kertas putih tersebut.
Seorang pujangga, akan menuliskan sajak-sajak indah di atas kertas putih itu.
Seorang matematikawan, akan menuliskan rentetan penulisan formula-formula yang matematis.
Namun, pengalaman tanpa diimbangi rasionalitas akan menghasilkan sebuah pengetahuan yang meragukan karena pengalaman yang dilihat dengan panca indera bisa menipu diri kita sendiri. Apabila kita melihat rel kereta api, maka diujung batas penglihatan kita rel kereta api tersebut akan menyatu. Jika kita hanya mengandalkan indera saja tanpa akal kita, maka kita akan mengira bahwa rel itu bertemu di ujungnya yang pada faktanya rel itu tak pernah bertemu.
Ketika newton melihat sebuah apel jatuh dari pohon, ia mampu menelaah peristiwa buah apel jatuh dan menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan apa alasan buah apel itu jatuh. Dan hasil pikiran newton tentang gravitasi diakui kebenarannya oleh dunia saintis.
Dalam melahirkan sebuah karya tulis, kita harus mampu menggabungkan pengalaman dengan akal kita agar hasil yang diperoleh berisi pengetahuan yang pasti bukan sebuah pengetahuan yang penuh keraguan. Dengan adanya karya tulis yang kita buat, maka kita akan mendapatkan keeksistensian diri. Karya tulis sebagai bukti bahwa kita berpikir dan karena kita berpikir, maka kita ada.
0 Response to "Berpikir sebagai Eksistensi Diri"
Post a Comment